,

Perempuan Vs Korupsi

Perempuan VS Korupsi

(Laily Mubarokah-Koordinator Divisi Perempuan IDFoS Indonesia

SPAK Bojonegoro

Indonesia masuk dalam peringkat ke 87 dari 167 negara yang terkorup, yaitu Korea Utara. Penilaian tersebut berdasarkan Transparacy International’s Corruption Perception Index (CPI) pada tahun 2015. Angka tersebut sudah mengalami peningkatan dalam hal memerangi korupsi. Karena, pada tahun 2014, Indonesia berada di angka 107.

Membaiknya penanganan korupsi di Indonesia, sehingga peringkat Indonesia semakin membaik, buah andil berbagai pihak. Di antara yang menonjol tentu saja peran dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Korupsi di Indonesia sendiri bisa dibilang sudah mengakar. Tidak hanya tersentral pada penyelenggara negara. Lingkungan keluarga sebenarnya mempunyai peran signifikan dalam melakukan pencegahan korupsi. Tulisan ini bermaksud mengulas mulai dari penyebab hingga apa yang bisa dilakukan keluarga.

Pada tahun 2014, hasil baseline study KPK tentang pencegahan korupsi berbasis keluarga memperkuat keyakinan bahwa korupsi pada level keluarga adalah target intervensi untuk pencegahan korupsi.

Sebab, hanya 4 % orang tua mengajarkan anak tentang kejujuran. Kemudian, 52,2 % orang tua mengetahui fungsi sosialisasi dalam keluarga; 37,6 % orang tua mengetahui fungsi identitas sosial dalam keluarga, 55,7% orang tua mengetahui fungsi afeksi dalam keluarga, dan 80 % anak menyatakan ibu memiliki peran sebagai pendidik.

Baca juga:  Panen Perdana Bawang Merah

Dari baseline tersebut, peran ibu dalam keluarga sangat urgen terhadap kembang  tumbuh anak saat mereka dewasa. Dari 3 fungsi keluarga itu, yang pertama fungsi sosialisasi: keluarga merupakan institusi sosial yang utama dalam proses penanaman nilai-nilai.

Kedua adalah fungsi identitas sosial, keluarga menjadi institusi di mana seseorang diperkenalkan dan belajar menentukan identitas sosial. Ketiga, fungsi afeksi (rasa kasih sayang) di mana keluarga sebagai tempat untuk mendapatkan keamanan dan perlindungan diri.

Dari ketiga fungi tersebut, apakah perempuan bisa memutus lingkaran korupsi? Tentu sangat bisa. Karena sebenarnya, alur korupsi adalah ada niat untuk korupsi, dukungan keluarga, dorongan keluarga, dan melakukan korupsi.

Jika salah satu rantai korupsi diputus dari dorongan keluarga, secara otomatis untuk melakukan korupsi pun batal. Perempuan sebagai ibu mempunyai peran yang penting dalam rantai korupsi.

Baca juga:  Serunai Call For Papers

Apa yang bisa dilakukan oleh perempuan sebagai ibu bersama ayah, bisa menanamkan karakter nilai-nilai antikorupsi kepada anaknya sejak dini. Perempuan sebagai istri menjalankan fungsi pengatur keuangan rumah tangga, saling mengingatkan atau memberikan dalam integritas pada semua aktivitas.

Perempuan berperan secara sosial memberikan teladan dan menyerukan gerakan anti korupsi mulai dari lingkup terkecil dari rumah. Jadi, kapan harus kita mulai untuk bergerak?

Ada beberapa cara sederhana untuk mencegah korupsi, mulai dari pahami segala bentuk korupsi dan lawan, cari tahu asal usul hadiah yang sampai pada kita, hindari sikap ingin jalan pintas dan ajarkan dan contohkan sikap anti korupsi pada anak sejak kecil.

Maka, mari menanamkan pada anak kita tentang nilai-nilai anti korupsi: jujur, peduli, mandiri, tanggungjawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil (JUPE MANDI SEBEDIL). Untuk itu, perempuan bisa beraksi dengan beberapa hal.

Baca juga:  Agen SPAK Bojonegoro Jadi Fasilitator ToT Palembang

Yakni, pertama, membiasakan hidup sederhana. Harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Keinginan pada diri seorang perempuan apabila saat tetangga atau temannya memakai pakaian, tas, sepatu, alat kosmetik yang bermerek. Perempuan mudah tergoda. Sehingga, perlu membedakan antara kebutuhan yang urgen dengan keinginan dan kebutuhan yang tersier.

Kedua, berani mengatakan tidak pada setiap tindakan yang tidak jujur. Dalam setiap tindakan atau aktivitas yang kita lalukan selama itu tidak jujur, kita harus berani mengatakan jangan atau tidak. Ketiga, asah anak sensitif terhadap lingkungan sekitar. Karena, anak adalah masa depan.

Penekanan ketiga hal di atas sangat penting. Karena, di keluargalah penanaman nilai-nilai kejujuran, peduli, mandiri, tanggungjawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil dilakukan sejak dini.

Sebab, orang tua secara tidak langsung mempunyai peran penting untuk mendidik, membimbing anak-anak menjadi karakter-karakter yang mulia. Nilai-nilai inilah yang belum ditanamkan oleh orang tua, agar pencegahan korupsi dapat dilakukan sejak dini. (*)