Arie UGM: Anak Muda Bisa Mengubah Dunia

Arie Sujito (Akademisi UGM) salah satu keynote speaker Kuliah Umum (19/10/2018)
BOJONEGORO – Revolusi industri 4.0 adalah suatu sistem baru, pendekatan baru, prespektif baru, sekaligus perubahan arus baru pengetahuan dan teknologi. Segalanya tidak lagi berbicara secara manual, tapi automatically.
Hal tersebut diungkapkan salah satu keynote speaker dalam sebuah diskusi rangkaian dari kegiatan Kuliah Umum yang diselenggarakan IDFoS Indonesia, di Pendopo Pemkab Bojonegoro, dengan tema “Generasi Z dan Revolusi Industri”.
Dalam diskusi pada Jum’at (19/10/2018), Arie Sujito (Akademisi UGM) memaparkan terkait perubahan mindset pemuda di era revolusi industri 4.0. Arie menyampaikan bahwa Anak muda adalah pembaru masa depan.
“Saya membayangkan kalau anak mudanya semangat dan cerdas, ini sebagai investasi 5-10 tahun yang akan datang. Kalau anak-anak muda yang dipikirkan hari ini adalah bagaimana agar memajukan daerahnya, saya yakin itu akan menjadi salah satu tonggak perubahan ke depan. Dan Indonesia semakin optimis,” tutur sosiolog UGM tersebut.
Menurut dia, berbicara tentang pembaruan dan mimpi kita hari ini sebetulnya adalah mimpi dunia. Orang tidak pernah membayangkan Indonesia seperti sekarang. Hari ini orang duduk santai asal ada internet, sudah bisa menjelajahi segala informasi.
“Anak muda sekarang ini melek informasi, melek teknologi dan pandai berkreasi. Inilah generasi millenial. Disitulah anak muda bisa menggenggam dunia,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, tantangan Indonesia saat ini jauh lebih memungkinkan anak muda untuk berperan. Mereka yang selama ini dianggap tidak memiliki akses, yang selalu dipinggirkan dan dimonopoli oleh orang-orang generasi old, saat ini dunia berbalik. Karena, anak-anak muda sekarang sudah semakian kreatif, seperti menjadi pengusaha berbasis online, seperti gojek, bukalapak dll
“Di pedesaan, anak-anak muda yang kini berhimpun dalam komunitas karang taruna, atau Bumdesa, membuat aktivitas yang menggerakkan ekonomi lokal, itu juga anak muda,” tegasnya.
“Anda yang didesa pun bisa berkreasi, tidak musti di kota-kota besar karena teknologi memungkinkan buat kita semua untuk membuat pembaruan dari lokal,” tambahnya.
“(Untuk itu) Saya ingin tekankan di sini bahwa anak-anak yang sekarang ini telah mengenyam pendidikan apakah di SMK atau SMA dan kuliah, punya ruang yang cukup lebar untuk bisa melintasi jalan dan merancang perubahan ke depan,” tukasnya.
Arie lantas menunjukkan sejumlah contoh yang dilakukan anak-anak muda yang berbicara banyak di tingkat dunia. Dia mengungkapkan, banyak orang ahli desain tata ruang dari pinggiran. Mereka tinggal di desa, tapi jadi konsultan di Eropa dan Amerika. “Jadi tidak ada alasan untuk kita tidak maju, meskipun anda tinggal di desa, tapi daya jelajah anda bisa kemana-mana dan anda bisa mengubah dunia,” imbuhnya. (ika/yok)