,

Diseminasi Riset Berbasis Ketenagakerjaan

Penyampaian Desiminasi hasil riset ketenagakerjaan Bojonegoro.

 

BOJONEGORO – Kamis (08/03/2018), Divisi Ekonomi Kerakyatan, IDFoS Indonesia melakukan diseminasi hasil riset tentang Ketenagakerjaan Kabupaten Bojonegoro terkait Survei Penilaian (Need Assesment) Kebutuhan Anak Muda dan Perempuan Mengenai Kerja Layak.

Bertempat di meeting room IDFoS Indonesia, Jl. Sersan Mulyono No. 35 Bojonegoro, desiminasi dipimpin oleh Koordinator Divisi Ekonomi Kerakyatan, Rizal.

Dari data yang dihimpun dari BPS, lebih dari 60 % angkatan kerja di Indonesia berpendidikan SMP ke bawah, 45 % dari total jumlah orang tidak bekerja juga berpendidikan SMP ke bawah, lebih dari 60% orang yang tidak bekerja berada di usia muda dengan rentang usia dari 15 hingga 24 tahun. Namun, pada saat yang sama, banyak industri yang kesulitan mendapatkan angkatan kerja yang kompeten yang sesuai dengan kebutuhan.

Ketimpangan tersebut dipicu berbagai hal. Di antaranya adalah terbatasnya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga berdampak terhadap pelambatan pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan mengurangi kohesi sosial (Laporan Ketimpangan INFID). Hal ini lah yang melatarbelakangi adanya riset ketenagakerjaan tersebut.

Baca juga:  Perlu Mendorong Keterbukaan Informasi Hingga Tingkat Desa

Proses pengumpulan data penelitian pada Oktober-November 2017, dilakukan di tujuh kecamatan dan 61 desa di Kabupaten Bojonegoro dengan menggunakan metode kombinasi (mixed methods). Dengan dua enumerator, Puput Cahyono dan Mustofatul Adip.

Metode kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi ketenagakerjaan dari sisi pemangku kebijakan dan stakeholder, sedangkan metode kuantitatif dengan teknik survey rumah tangga, bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai populasi kondisi ketenagakerjaan dari pemuda dan perempuan.

Menurut Rizal Zubad selaku narasumber, desiminasi ini bertujuan untuk mengkomunikasikan kondisi ketenagakerjaan di Bojonegoro, mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat kesempatan kerja serta mendapatkan informasi kebutuhan tenaga kerja dalam memenuhi kesempatan kerja yang ada di di Bojonegoro

Jumlah penduduk di Bojonegoro yaitu 1.307.269 jiwa. Dengan persentase 50,44 % laki-laki dan 49,56 % adalah perempuan. Meskipun sebagian besar penduduk Bojonegoro (43 %) berpendidikan SD sederajat dan mayoritas bermatapencarian sebagai petani, namun pengangguran terbuka hanya 1,3 % dari total penduduk Bojonegoro.

Baca juga:  Warga Gayam Butuh Pengelolaan Sampah B3

Berdasarkan hasil riset, diketahui tenaga kerja di Bojonegoro khususnya pekerja muda pemula tidak tahu mengenai hak-haknya sebagai pekerja (hak cuti, hak berserikat, hak jaminan sosial), yang ada di benak mereka adalah yang penting bekerja. Kemudian kurangnya hard skill dan soft skill menjadikan pemuda sulit untuk mencari pekerjaan.

Dari sisi pemerintah, dalam hal ini adalah bidang ketenagakerjaan, adanya penurunan penganggaran pelatihan kerja pada dinas terkait, dikarenakan fokus Dinperinaker adalah lebih ke pengembangan industri kreatif  dan pariwisata, namun dari keadaan tersebut tidak di imbangi dengan penyiapan SDM yang mengarah ke bidang tersebut.

Kemudian, untuk akses pekerjaan, diketahui terdapat keterbatasan dalam akses transportasi serta komunikasi, minat anak muda untuk mengakses informasi juga sangat minim, mental untuk tetap bisa tinggal di kampung halaman dan dekat dengan keluarga masih sangat melekat.

Baca juga:  Dengan Citizen Charter, Kekurangan Pemberian Layanan Bisa Diketahui

Selanjutnya, kondisi tingkat ekonomi yang rendah berpengaruh pada tingkat pendidikan yang rendah pula. Peluang-peluang beasiswa sekolah dan pelatihan kerja hanya bisa diakses oleh pemuda yang mudah dalam memperoleh informasi dan menjangkaunya.

Dari riset tersebut ada beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kondisi ketenagakerjaan yang ada di Bojonegoro, yakni perlu dilakukan kampanye pentingnya pendidikan dan pelatihan kerja kepada masyarakat, memperluas akses informasi hingga ke daerah terpencil, memberikan fasilitas penjemputan bagi yang jauh lokasi tempat tinggalnya (pelatihan onsite).

Sinergitas BLK dengan Pemerintah Daerah harus ada, tidak hanya pelatihan keterampilan kerja saja (hardskill), namun lifeskill dan softskil juga sangat penting untuk menunjang iklim kerja di Bojonegoro.

Pekerja pemula perlu dibekali pengetahuan tentang hak sebagai tenaga kerja, bersinergi dengan data dan perlu ada kepastian hukum yang menjamin keberlanjutan pengembangan tenaga kerja khususnya pelatihan kerja. (ika/yok)