“ Gotong Royong, Modal Social yang Mulai Hilang”
Gotong royong adalah budaya yang sering kita jumpai dalam kehidupan di Indonesia. Bahkan budaya ini menjadi salah satu ciri khas kebudayaan Indonesia yang dipuji oleh Negara asing. Hal ini menjadi salah satu kebanggaan yang patut kita rasakan sebagai pelaku budaya.
Ironisnya, saat ini kebudayaan gotong royong hampir sulit ditemui dalam aktifitas di lingkungan sekitar. Adanya globalisasi mempengaruhi pola budaya yang dulunya guyup, rukun dan saling tolong menolong berubah menjadi kepribadian yang individualis dan pragmatis. Semua pekerjaan serba diuangkan dan berprodiri sendiri. Tidak banyak orang yang melakukan gotong royong, karena menilai segala sesuatu dengan uang.
Gotong royong seakan menjadi budaya tinggalan masa lalu, yang hanya dikenang dan menjadi sebuah cerita. Sejatinya, gotong royong adalah budaya yang patut di jaga. Gotong royong adalah salah satu warisan leluhur yang menggambarkan nilai-nilai kemanusiaan yang arif dalam bekerjasama di masyarakat.
Sebagai modal social, gotong royong memiliki peran penting dalam membantu terciptanya kehidupan bermasyarakat yang guyub, bersatu, saling tolong menolong sehingga sampai pada terciptanya tujuan bangsa. Seperti yang dikatakan oleh Putnam bahwa modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial (jaringan, norma dan kepercayaan) yang medorong partisipan bertindak bersama secara efektif untuk mencapai tujuan bersama (Field, 2010).
LSM adalah salah satu lembaga yang memiliki kekuatan dalam hal pendampingan. Tidak ada salahnya jika LSM mulai melirik budaya sebagai kajian budaya dalam sebuah program . Hal ini dilakukan menilik perubahan budaya yang mulai bergeser akibat adanya globalisasi di tengah masyarakat. Seperti yang terjadi di Ds. Gayam Kec. Gayam Kab. Bojonegoro yang saat ini mulai terlihat bergesernya budaya gotong royong ke arah individualis . Seperti yang dikatakan oleh Al-syaifudin, salah satu warga Ds gayam yang mengatakan bahwa gotong royong di masyarakat gayam sudah mulai luntur, bahkan hampir tidak ada. Dia menggambarkan situasi zaman dulu, ketika ada tetangga yang membuat rumah, mereka mengandalkan gotong royong berupa sayan yaitu warga yang membantu tanpa bayaran uang, biasanya hanya berupa makan, begitu juga dengan menggarap sawah. Namun Saat ini budaya gotong royong sudah mulai hilang, sudah tidak ada lagi orang yang dipekerjakan tanpa gaji, baik dalam membangun rumah ataupun menggarap sawah.
Pendampingan masyarakat terhadap nilai-nilai budaya seperti gotong royong menjadi aktifitas yang mampu mempertahankan ciri khas bangsa melalui penyadaran kembali nilai-nilai kebudayaan yang telah tertanam oleh masyarakat Indonesia, khususnya di pedesaan. Pendampingan ini bisa dilakukan dengan berbagai cara dan kegiatan sesuai dengan konsep yang akan diusung oleh masing-masing lembaga.
LSM merupakan salah satu lembaga yang memiliki keinginan kuat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat agar selalu berkembang dan mencapai kesejahteraan. Dengan hadirnya konsep-konsep social, politik dan budaya, lsm diharapkan mampu mempertahankan nilai-nilai budaya Indonesia yang arif dan berkepribadian.