Kelompok Masyarakat Pilah Sampah Itu Bernama “Mpok Damira”
Kelompok Pilah Sampah Dalem Mandiri Sejahtera atau lebih ramah di telinga dengan sebutan “Mpok Damira” adalah sebuah unit pengelolaan sampah di masyarakat. Dibentuk melalui musyawarah pada Mei 2015 lalu melalui program Persampahan untuk Ekonomi Alternatif yang difasilitasi oleh Institute Development of Society (IDFoS) Indonesia dan didukung oleh operator Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
Dibentuk sebagai salah satu kelompok masyarakat yang bertujuan mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat, “Mpok Damira” mempunyai beberapa kegiatan. Seperti, pemilahan sampah, rintisan bank sampah, penjualan pupuk organiK cair dan penjualan sampah non organik, dengan pusat pengelolaan sampah berada di KUD Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander.
Usai dibentuk melalui musyawarah yang diikuti segenap stakeholder desa, kecamatan dan SKPD, “Mpok Damira” memiliki struktur kepengurusan yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi lainnya.
Salah satu kegiatan “Mpok Damira” adalah pemilahan sampah rumah tangga. Setelah dipilah, sampah diambil oleh petugas pengambil sampah. Namun sayangnya, kelompok masyarakat yang dibentuk untuk menerapkan pola hidup di masyarakat ini belum semua mau menerapkan dan melakukan kegiatan pemilahan.
Beberapa warga masih enggan untuk memilah sampah. “Harusnya tugas kami akan lebih ringan jika semua warga mau memilah sampahnya, sehingga ketika dibawa ke tempat pengolahan akhir tinggal memproses saja mau diapakan sampah tersebut. Apakah dibuat pupuk cair, dijual ke pengepul, atau lainnya yang masih bisa dimanfaatkan,”ungkap Enni, bendahara “Mpok Damira”.
Menurut pantauan penulis, sampah-sampah yang dikumpukan dari rumah-rumah warga tersebut belum semuanya dipilah. Sehingga, pengurus “Mpok Damira” harus rela untuk melakukan pemilahan sebelum dilakukan pengolahan sampah.
Pengambilan sampah ke rumah warga dilakukan seminggu dua kali, yakni pada hari Rabu dan Senin. Dua petugas “Mpok Damira” menggunakan mobil gerobak menyusuri gang- gang di lingkungan RT 01-13 untuk mengambil sampah mereka.
Meski sampah-sampah itu diambil secara kontinyu, warga tidak memberikan retribusi. Melainkan menggunakan metode menabung yang menjadi salah satu unit usaha “Mpok Damira” juga.
Ilustrasinya seperti berikut, setiap warga yang sampahnya diambil sebelumnya telah melakukan penimbangan dengan syarat sampah itu sudah terpilah. Setelah ditimbang, sampah sesuai dengan jenisnya, kemudian dicatat oleh petugas pencatat di buku tabungan.
Misalkan, ibu A hasil penimbangan sampahnya berupa kertas 5 kg dan gelas plastik 2 kg. Dari nilai itu akan dihargai sesuai harga sampah di pasaran. Dan akan terus diakumulasikan hingga menjelang lebaran simpanan tersebut diambil. Kenapa menjelang lebaran? Hal itu sesuai dengan kesepakatan warga saat rembug warga.
Menengok hal lain, selain simpanan sampah seperti model bank sampah, unit usaha lain dari “Mpok Damira” adalah memproduksi pupuk organik, yakni pupuk yang berasal dari pembusukan sampah organik seperti dedaunan, sisa bumbu dapur, sayuran dsb.
Sampah-sampah dari warga tersebut dimasukkan dalam alat komposter, yakni pengubah sampah menjadi pupuk organik. Komposter itu kemudian dituangi bioktivator yang hasilnya akan telihat seminggu setelahnya.
Pupuk cair akan keluar melalui saluran yang telah dibuat. Cairan berwarna cokelat kehitaman yang bernama pupuk organik cair.
Pupuk tersebut kemudian dikemas dalam kemasan satu liter dan diberikan label “Mpok Damira” dengan kegunaan untuk menyuburkan tanaman seperti cabe, sayuran dll.
Bukan itu saja. Tempat pengolahan sampah akhir “Mpok Damira” juga melakukan recycle sampah. Yakni, mendaur ulang sampah berbahan plastik untuk dijadikan bijih plastik yang hasilnya dijual ke pabrik – pabrik rekanan.
Mau tidak mau harus diakui “Mpok Damira” mempunyai peran strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi warga Ngumpakdalem. (iwd/yok)