KKN, UNUGIRI Gandeng IDFOS Indonesia

Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dan Hidroponik

BOJONEGORO – Usai  kunjungan di salah satu kelompok olah sampah di Desa Ngumpakdalem, yakni kelompok Dalem Mandiri Sejahtera (Mpok Damira), kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unugiri Bojonegoro melaksanakan pelatihan yang bertema “Pembuatan Pupuk Organik dan Hidroponik Ramah Lingkungan Dimasa Pandemi”, pada Jum’at (19/03/2021). Pelatihan dihadiri 20 orang ibu-ibu TP. PKK Desa Ngumpakdalem, Kecamatan dander kabupaten Bojonegoro.

Pelatihan pembuatan pupuk kompos kali ini memanfaatkan sumber bahan organic dari daun-daun pohon bekas tebangan ataupun sampah dapur sebagai dekomposter dan menggunakan EM4 dan Tetes tebu sebagai pengolah pupuk. Sedangkan untuk pembuatan hidroponik menggunakan steyrofom dan gelas plastik bekas air mineral.

Baca juga:  Ketua DPRD Dukung Gerakan Perempuan Anti Korupsi

Pelatihan ini mendatangkan narasumber dari IDFoS Indonesia, Ahmad Muhajirin selaku ketua Divisi Advokasi dan Lingkungan Hidup. Dalam paparannya, Hajir panggilan akrabnya memberikan pemahaman tentang bahaya dari pengelolaan sampah yang tidak tepat.

Ahmad Muhajirin saat menyampaikan materi terkait bahaya dari pengelolaan sampah yang tidak tepat

Persoalannya, kata dia, masyarakat pada umumnya tidak melakukan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Baik sampah organik maupun non-organik dibuang langsung ke pekarangan/lahan kosong, tidak jarang dibuang di selokan/drainase, sungai, termasuk sungai Bengawan Solo untuk rumah tangga yang berada di Daerah Aliran (DAS) Bengawan Solo.

Sampah organik yang dibuang di pekarangan tidak menjadi persoalan karena akan diurai oleh mikro organisme. Namun, menjadi masalah serius ketika dibuang tanpa perlakuan adalah sampah non-organik.

Baca juga:  Perlu Pendampingan Intens Untuk Meningkatkan Kualitas Pembangunan

Seperti diketahui, masyarakat selama ini memperlakukan sampah non-organik dengan cara membakar, menimbun atau membuang ke sungai. Sampah non-organik jenis plastik yang dibakar berdampak buruk pada lingkungan karena meningkatkan emisi dan microplatic yang memicu berbagai penyakit bagi manusia dan hewan. Sampah non-organik jenis plastik yang ditimbun lambat laun akan memberi dampak geologis karena plastik bersifat lembam dan sulit terurai.

Sementara sampah non-organik elektronik tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3) yang bila terus bertambah akan mencemari lingkungan dan membahayakan manusia dan hewan. Sampah non-organik yang dibuang di sungai akan mengakibatkan sedimentasi dampaknya akan meningkatkan potensi terjadinya banjir.

Pada masa pandemi Covid-19 penggunaan masker oleh masyarakat menghasilkan sampah yang tergolong B3. Sampah masker menjadi sumber penyakit terutama yang dihasilkan oleh mereka yang terinfeksi Covid-19 Tanpa Gejala (OTG). Mereka diisolasi mandiri di rumah masing-masing, namun tanpa disadari sampah masker dibuang begitu saja tanpa diperlakukan khusus.

Baca juga:  Pengelolaan Sampah Mpok Damira Jalan Terus

Usai paparan, acara dilanjutkan dengan praktek pembuatan pupuk kompos organik yang dilakukan oleh M. Miftachul Ridwan selaku pendamping Program yang ada di Mpok damira.

”Adapun tujuan pelatihan ini adalah untuk pengembangan kreatifitas ibu-ibu PKK lewat pemanfaatan sampah lingkungan sebagai media tanam yang ramah lingkungan agar dapat membantu perekonomian warga di masa pandemic covid-19” tutur imam tabroni salah satu mahasiswa KKN Unugiri. (rid/yok)