,

Mahasiswa Sosiologi UNS Terlibat Langsung dalam Program Konservasi Hutan: Pengalaman Tak Terlupakan di IDFoS”

Bagi mahasiswa, terkadang magang hanyalah formalitas biasa, tetapi berbeda dengan Adrian Bayu, mahasiswa Universitas Sebelas Maret, jurusan Sosiologi ini memiliki kesempatan untuk magang, hal tersebut merupakan program wajib dari kampusnya.vAdrian selama 45 hari bisa live in, atau secara langsung terlibat pada program pemberdayaan IDFoS Indonesia, yakni program Agrosivopastura di Desa Ngasem, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro.

“Saya magang di IDFoS Indonesia selama 45 hari , yang merupakan SOP dari program magang wajib prodi saya”. Jelas Adrian.

“Awalnya saya tidak tahu IDFoS Indonesia itu seperti apa. Awalnya saya ada program  wajib magang dari prodi saya, lalu diberikan rekomendasi magang oleh teman yaitu di IDFoS Indonesia”. saya langsung kepoin instagram dan website IDFoS Indonesia, programnya banyak banget, dan linier dengan jurusan saya”. Imbuhnya.

Baca juga:  Inovasi Pengelolaan Sampah melalui Burner Lathi Geni 2 dan Mitik

Adrian memilih untuk magang di IDFoS Indonesia sebab program yang di ampu sangat menarik baginya,  yang berkecimpung di dunia sosial dan lingkungan hidup. “Dari magang ini, saya dapat mempelajari cara pendekatan secara mendalam terhadap masyarakat, lalu perencanaan program yang membuat, saya belajar untuk detail dan terstruktur” Ceritanya..

Lain hal itu, mahasiswa asal Ngasem ini juga ingin mempelajari tentang kondisi masyarakat, terlebih melakukan pemberdayaan secara langsung” Ujar Mahasiswa Sosiologi UNS ini.

Hal yang berkesan bagi mahasiswa yang aktif di pecinta alam ini, menginap  di dalam kawasan hutan, program Agrosilvopastura di petak 52-A1 dengan masyarakat LMDH Ngasem Barokah, Ngasem. Bercengkrama sambil ditemani nyala api, Mbah Jo, salah satu anggota LMDH bercerita perihal apa saja yang dilalui, dan dapat memotret kondisi sosial yang terjadi. Dan inisiatif apa saja yang dilakukan bersama IDFoS Indonesia melalui Program Agrosivopastura, dalam konservasi hutan, dan juga pengembangan masyarakat dalam pertanian, perkebunan dan peternakan.

Baca juga:  Mentransformasikan OGP dalam Pelayanan Publik

Pada wilayah tersebut, masyarakat LMDH melakukan aktivitas konservasi hutan, budidaya peternakan kambing, serta pengembangan pada wilayah perkebunan.

Menurutnya, “saya melihat realitas sosial yang terjadi petani menjadi sulit untuk menjadi makmur, mungkin dengan beberapa hal yang mempengaruhi, seperti kecakapan dalam teknologi dalam pertanian, inflasi kebutuhan pokok yang akan menekan biaya produksi petani, lalu kurangnya petani muda, sebab memilih untuk merantau, yang lebih menguntungkan daripada bertani yang dianggap kuno.

Terlibat dalam pendampingan ia juga mengutarakan “Pada dasarnya bertani adalah fundamental bagi negara ini, yang dimana perlu di jaga keberlangsungan dari profesi ini, sehingga berdampak bagi kesejahteraan maupun kemakmuran bagi masyarakat”.