Melihat Semangat Wirausahawan Muda Ikuti Pelatihan Wirausaha untuk Pemula Budaya Mandiri Harus Dibangun Sejak Dini

Focus Group Discussion mengenai usaha apa yang akan dijalankan
Semangat wirausahawan muda tergambar pada siswa-siswi SMK di Bojonegoro yang mengikuti kegiatan Pelatihan Wirausaha untuk Pemula dengan tema “Sukses di usia Muda” di GDK Hotel Bojonegoro pada Selasa (20/12/2016), yang diadakan oleh Learn & Share Young on Top bekerja sama dengan ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL) dan difasilitasi oleh IDFoS Indonesia.
Pelatihan ini diikuti oleh 30 peserta dari empat SMK di Bojonegoro dan berlangsung mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB. Kegiatan itu penting bagi kalangan muda, agar mereka bisa menghasilkan uang sendiri dengan nilai tinggi melalui usaha.
Dalam fasilitasi program kewirausahaan oleh IDFoS Indonesia pada kesempatan kali ini, YOT Learn & Share (Young on Top) mengadakan pelatihan kewirausahaan dengan melihat kebutuhan dari warga Bojonegoro sendiri yaitu untuk menumbuhkan karakter wirausaha. Dengan semboyan Bojonegoro, “Lampaui Batas Maksimalmu”, diharapkan pelatihan ini bisa menginspirasi pemuda Bojonegoro untuk menciptakan peluang usaha.
Pelatihan berlangsung dalam empat sesi. Pada sesi pertama, yaitu presentasi atau pemaparan materi tentang bagaimana langkah-langkah membuat usaha atau lebih tepatnya lagi menjadi pengusaha. Materi ini disampaikan oleh Riky Son.
Riki Son mengatakan, pada usia muda pelajar kalangan SMA se-derajat terkadang dibingungkan dengan pilihan setelah lulus sekolah akan kuliah, bisnis atau kerja. Untuk itu, YOT ada untuk menginspirasi mereka menjadi wirausaha.
Karena, menjadi wirausahawan itu yang pertama harus ada niat. Kedua, mencari peluang yang ada di sekitar kita. Ketiga, mengumpulkan ide-ide kreatif dengan memunculkan yang belum ada dan yang terakhir segeralah mulai melangkah.
Pada sesi kedua berupa Focus Group Discussion (FGD), yaitu diskusi kelompok. Tujuannya, untuk memberikan peluang peserta agar membuka usaha jauh lebih besar. Karena, diskusi ini akan disesuaikan dengan potensi area Bojonegoro dan dipandu oleh pemateri pelatihan.
Pada sesi ini, peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Kemudian dari kelompok-kelompok itu membuat ide-ide bisnis. Diskusi dimulai dari menganalisis usaha apa yang paling ramai di kota Bojonegoro. Selanjutnya, membuat konsep bisnis yang akan dijalankan, proses pemasaran hingga sumber pendanaan.
Dalam diskusi ini dapat dilihat tim mana yang bisa mengkolaborasikan ide-ide dalam kelompok mereka. Ada kelompok yang cekatan menjawab, ada juga yang melalui proses adu argumen. Keadaan itu membuktikan bahwa mereka merupakan siswa-siswi yang kreatif dan aktif.
Untuk sesi ketiga, peserta mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai usaha-usaha yang sudah dipilih. Dalam diskusi tersebut peserta terlihat sangat aktif dan ikut berpastisipati dalam tanya jawab usaha yang dipaparkan.
Sedangkan pada sesi terakhir ada evaluasi dari pemateri tentang usaha-usaha yang telah dipilih masing-masing kelompok tersebut. Melalui sesi evaluasi ini peserta akan mengetahui hal-hal apa yang perlu diperbaiki serta peluang bisnis apa yang cocok untuk dijalankan.
Deedee Achriani, External Affairs dari YOT mengatakan, ”budaya mandiri itu harus dibangun, karena kalau kita mandiri itu artinya kita kuat,” katanya. Diharapkan, melalui pelatihan ini mereka bisa mereview lagi usaha-usaha yang sudah mereka miliki. ”Apakah susah sesuai dengan kompetensi dan potensi lingkungan atau agar usaha tersebut bisa bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat luar,” ujarnya.
Salah satu perserta pelatihan dari SMKN 1 Bojonegoro Nur Qomariyah mengaku senang ikut pelatihan ini. Karena, bisa menambah wawasan. ”Karena kayak gini kan gak pernah terfikirkan kalo gak ada yang memandu,” tuturnya.
Pemateri sendiri memiliki harapan setelah mengikuti pelatihan ini mereka mengerti mengenai potensi usaha yang bisa dijalankan di Bojonegoro. “Saya percaya bahwa tak ada satu orangpun yang tidak mempunyai kesempatan untuk jadi lebih baik, semuanya sama, tergantung dia melihat potensi di kota tersebut apa. Dengan pelatihan ini mereka bisa mengerti mengenai potensi wirausaha apa yang bisa dijalankan di Bojonegoro dari contoh-contoh yang sangat realistis tadi,” imbuh Riki. (ika/yok)