Perencanaan Desa, Petakan Potensi dan Masalah Desa melalui Data
Selama kurang lebih empat bulan program penyusunan Sistem Informasi Desa (SID) telah dilakukan. Penyusunan SID ini melibatkan beberapa pihak. Antara lain seperti Pemerintah Desa, tim desa, LSM Mitra dan fasilitator dari INSIST Yogyakarta.
Hingga awal Maret 2016, penyusunan SID di Desa Ngujung, Kecamatan Temayang memasuki fase akhir, yakni tahapan analisa data. Data-data yang didapat melalui pemetaan yang dilakukan tim desa adalah data kependudukan, data aset keluarga, belanja keluarga, dan pemanfaatan lahan.
Dari data tersebut dilakukan input dalam sebuah aplikasi, dilakukan clearing data dan verifikasi. Setelah itu, data- data tersebut dianalisa untuk memetakan potensi yang ada di desa.
Data yang didapat melalui pemetaan tidak cukup hanya menjadi data. Namun, data-data tersebut akan diolah dan disajikan dalam sebuah informasi yang akurat. Dengan menghubungkan data satu dengan lainnya, nantinya bisa terjawab pertanyaan yang dianggap penting untuk mendapatkan informasi yang benar.
Bahkan, data tersebut bisa dijadikan tolak ukur untuk membuat perancanaan ke depan di desa. Ini seperti yang disampaikan oleh Direktur LPTP Solo, Ahmad Mahmudi, yang memandu jalannya proses analisa data di Desa Ngujung.
Berdasar hasil sementara analisa data terkait pertanian di Desa Ngujung, dari 889 KK, diketahui beberapa fakta. Antara lain, (1) tingginya belanja rumah tangga tersebut meliputi pangan, pertanian, air minum, irigasi, dan sosial.
(2) Rendahnya produksi pangan dibandingkan kebutuhan pangan warga. Ini disebabkan terbatasnya luas lahan sawah, pola tanam yang terbatas, dan rendahnya produksi. (3) Tingginya belanja pupuk pertanian. (4) Tingginya belanja pertanian juga disebabkan belum terbangunnya infrastruktur jalan usaha tani secara layak.
Kemudian, (5) lemahnya struktur ekonomi rumah tangga bertumpu pada hasil pertanian padi dan tembakau (musiman) dan belum berkembangnya usaha-usaha yang mendatangkan penghasilan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
(6) Belum dimanfaatkanya limbah ternak sapi untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga. (7) Sistem sanitasi lingkungan kesehatan belum tertera dengan baik. Belum adanya sistem drainase kampung yang baik menyebabkan terjadinya genangan-genanangan air di pemukiman pada musim hujan.
Saat ini, masih ada 162 rumah yang tidak memiliki MCK. Belum ada pengelolaan limbah cair domestik rumah tangga yang layak menyebabkan timbulnya pencairan air tanah dan potensi konflik. Serta, belum adanya pengelolaan sistem sanitasi kandang ternak sapi yang menjamin terciptanya kesehatan lingkungan.
Setelah mengetahui fakta tersebut, pemerintah desa mempunyai sebuah gambaran terkait peta potensi dan masalah terkait pertanian di desanya. Data-data tersebut akan memudahkan pemdes menentukan langkah apa yang akan diambil untuk kemandirian dan kemajuan desa dalam bidang pertanian yang akan dituangkan menjadi perencanaan pembangunan desa. (iwd/yok)