Sikapi Revolusi Industri 4.0, Perbanyak Pengusaha Muda
BOJONEGORO – Pertanyaan urgen yang mengemuka seiring berlangsungnya Revolusi Industri 4.0 adalah apakah sebagian besar angkatan kerja kita tidak digunakan? Sederhananya, apakah robot akan menggantikan tenaga kerja manusia?
Pertanyaan itu disampaikan Sugeng Bahagijo, Direkutur INFID (International NGO Forum on Indonesia) dalam diskusi rangkaian kegiatan Kuliah Umum “Generasi Z dan Revolusi Industri 4.0” , di Pendopo Pemkab Bojonegoro, Jum’at (19/10/2018) lalu.
Menurut Sugeng, Revolusi Industri 4.0 semakin padat ilmu, padat teknologi dan semakin kurang atau semakin tidak padat karya. “Ini yang membuat teman-teman khawatir dampaknya terhadap deskill di industrialisasi di berbagai sektor,” katanya.
Apakah ada cara agar Revolusi Industri tetep berbasis manusia (tenaga kerja)? Menurut dia, saat ini yang perlu dibangun adalah bagaimana hubungan antara robot dan manusia tetap setara, bukan robot mengendalikan manusia, tapi robot dikendalikan manusia.
“Jadi yang saya mau sampaikan bahwa bagi kita generasi Z sekarang ini tidak ada cara lain selain kita mengejar teknologi. Yang kedua, kebijakan publik menurut saya tidak lagi bisa menempatkan soal ketenagakerjaan dan industri, bahwa sekarang kita harus fokus SDM,” tandasnya.
Karena, lanjut dia, satu-satunya cara kita bisa naik kelas ke negara maju ya dengan investasi SDM dan dari sana kita akan bisa setara dengan negara-negara lain.
Sugeng menegaskan, yang sering dilupakan bahwa investasi kepada tenaga kerja itu sebenarnya investasi kepada diri kita sendiri dan adik-adik kita. Kalau kita lihat negara maju, yang diutamakan ada tiga.
Yakni, infrastruktur maju, SDM maju, dan jumlah pengusaha banyak. Dan saat ini, tidak hanya pengusaha besar, menengah dan kecil yang mulai meluas. Infrastruktur juga sudah kita kebut sekarang, begitu juga SDM dan jumlah pengusaha (entrepreneur)-nya.
“Saya ingin menyemangati kepada adik-adik belajar lebih baik lagi lebih giat lagi keras lagi, karena itu untuk diri kita sendri apalagi sekarang kebijakan pemerintah sudah mulai fokus kepada SDM,” pesannya.
Dia menjelaskan, sejak Pemerintah mengalokasikan anggaran 20 % untuk pendidikan, kita sudah mulai melakukan perombakan, bagaimana kebijakan alokasi 20 % anggaran pendidikan lebih diperuntukan kepada angkatan kerja dan kaum milenial. Sehingga, profil kita yang sebelumnya 60 % angkatan kerja nonskill, 15 tahun lagi bisa kita balik yang 60 % middleskil, dan 60% highskill.
”Nah itu PR kita bersama tentu adik-adik semua bisa menyiapkan diri kesana karena pemerintah sudah menyediakan banyak beasiswa seperti LPDP, bidikmisi dst,” paparnya.
“Saya kira kita perlu menanggapi revolusi industri dengan optimis tapi kita tidak boleh lengah kita ingin mendorong untuk investasi di pemerintah daerah dan juga pusat untuk lebih agresif lagi lebih giat lagi. Sehingga, kita benar-benar bisa merintis di tahun 2030 kita tidak hanya setara dengan negara maju dalam hal produksi ekonomi, tapi kita setara dengan Negara maju dalam hal SDM dan infrastruktur,” tegasnya. (ika/yok)