Peserta Antusias Ikuti Nobar dan Diskusi Antikorupsi
BOJONEGORO – Rabu (21/3/2018), IDFoS Indonesia bekerjasama dengan Transparansi International Indonesia (TII) menyelenggarakan Diskusi Stop Korupsi dan Nonton Bareng Film “Menolak Diam!”.
Film yang diproduksi langsung TII ini mengangkat tema tentang korupsi yang terjadi di lingkungan sekolah. Film berdurasi 40 menit tersebut menyajikan tayangan tentang siswa dan siswi yang berhasil membongkar indikasi korupsi di sekolahnya.
Kegiatan yang dilaksanakan di aula Mayor Sogo Universitas Bojonegoro itu menghadirkan beberapa narasumber untuk kegiatan diskusi. Yakni, dari Transparency International Indonesia, Agus Sarwono; Direktur IDFoS Indonesia, Joko Hadi Purnomo dan Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro (YSB), Arief Januarso, S.Sos., M.Si.
Peserta yang hadir cukup banyak, kurang lebih 150 peserta. Terdiri dari siswa SMP, SMA, mahasiswa, guru, pejabat dan masyarakat umum. Pukul 13.00 WIB acara diawali dengan sambutan Direktur IDFoS Indonesia, dilanjutkan dengan sambutan oleh Rektor Unigoro Slamet Kyswantoro, SE, MM.
Usai sambutan, dilanjutkan dengan diskusi Stop Korupsi yang dimoderatori oleh Ainun Na’im dari IDFoS Indonesia. Dimulai dengan narasumber pertama Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro (YSB), Arief Januarso.
Menurut Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro, musuh utama negara saat ini yang perlu diwaspadai adalah korupsi dan narkoba. “Jadi dua hal itulah yang harus kita persiapkan untuk menyiapkan generasi muda yang siap untuk menolak narkoba dan siap untuk mengatakan tidak pada korupsi,” imbuhnya.
Ia mengatakan, ada sistem pendidikan yang salah, karena koruptor justru mereka yang berpendidikan tinggi. Sehingga yang terpenting hari ini adalah merubah pola perilaku, terutama para generasi muda. Agar lima atau sepuluh tahun ke depan sudah tidak ada lagi generasi yang mau korupsi.
Menurut dia, berlaku curang dalam ujian sekolah atau nyontek adalah salah satu gejala penyakit korupsi yang sebisa mungkin untuk dihindari sejak dini.
Ajakan untuk menolak mencontek mendapatkan apresiasi dari peserta yang hadir, sehingga disepakati di akhir acara untuk melakukan deklarasi menolak mencontek sebagai wujud dukungan menolak korupsi.
Disambung narasumber kedua, Joko Hadi Purnomo. Joko menyampaikan tentang hasil riset dari 42 desa di Bojonegoro yang dilakukan IDFoS Indonesia, dari situ diketahui bahwa indeks keterbukaan desa (IKD) masih rendah. Ini merupakan salah satu pencegahan adanya korupsi.
Dengan empat dimensi yaitu transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan inovasi. Dari hasil riset, untuk indikator transparansi masih 17,2 dari angka 40; akuntabilitas 8,9 dari angka 20; partisipasi 12,7 dai angka 25; dan inovasi 7,2 dari angka 15. Nilai-nilai itu masih jauh dari standar yang diharapkan.
“Temuan tersebut mengkorfirmasi bahwa, partisipasi yang lemah bisa memberi peluang untuk korupsi di semua bidang, baik sekolah, didesa dan tempat-tempat yang mengelola dana Negara,” ungkapnya.
Mengingat bahaya dari korupsi bagi keberlangsungan bangsa, maka perlu adanya sosialisasi perihal korupsi, meningkatkan partisipasi publik, menumbuhkan inovasi. Dengan begitu dapat meminimalisir perilaku korupsi dan efektivitas anggaran.
Kemudian dilanjutkan dengan narasumber terakhir dari TII, Agus Sarwono. Menurut Agus, fakta terkait korupsi media massa kurang menyorot. Sosialisasi pendidikan korupsi seperti kegiatan seperti ini pun media tampaknya kurang respon.
Dalam paparannya, dari 1.000 responden, 32 % dinyatakan pernah melakukan suap tahun 2017. Terdata instansi-instansi yang melakukan suap di Indonesia adalah sekolah 21 %, rumah sakit 12 %, dukcapil 37 %, listrik/PDAM 4 %, kepolisian 75 %, dan parlemen 66 %.
Selain itu fakta koruptor ternyata banyak pada usia produktif (di bawah 40 tahun). Disinilah maka pengenalan korupsi harus dimulai sejak dini. Dengan keterlibatan masyarakat secara keseluruhan dan semua komponen.
Dalam sesi diskusi, siswa SMA, mahasiswa dan peserta lain pun aktif untuk bertanya terkait cara pencegahan korupsi, bentuk-bentuk korupsi di sekolah dan juga hukuman yang bisa memberi jera pada koruptor.
Usai diskusi acara ditutup dengan pemutaran film “Menolak Diam!” yang didalamnya terdapat pesan-pesan moral yang dapat mengedukasi peserta. (ika/yok)