,

Mendukung SDGs 6: Memperhatikan Kondisi Sanitasi Pesantren di Bojonegoro

Mendukung SDGs 6: Memperhatikan Kondisi Sanitasi Pesantren di Bojonegoro

Berdasarkan data dari Kementerian Agama Kabupaten Bojonegoro, Bojonegoro adalah kabupaten dengan jumlah pondok pesantren tertinggi ketiga di Jawa Timur, dengan 359 pesantren atau 5,32% dari total 6.745 pesantren di Jawa Timur. Sebanyak 16.012 santri bermukim di pesantren-pesantren di Bojonegoro menurut data Kemenag pada tahun 2023. Angka-angka ini menunjukkan peran signifikan Bojonegoro dalam pendidikan pesantren. Namun, bagaimana kondisi sanitasi di pesantren-pesantren tersebut?

Riset yang dilakukan oleh IDFoS Indonesia bertujuan untuk mengkaji dan memetakan kondisi sanitasi pesantren di Bojonegoro, meliputi faktor lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Penelitian ini penting untuk merumuskan langkah pencegahan dan solusi masalah sanitasi sesuai dengan amanat SDGs 6, yang berfokus pada “Air Bersih dan Sanitasi yang Layak”.

Baca juga:  SKK Migas Hadiri Musyawarah Serah Terima Program Air Bersih Desa Glagahan Kecamatan Sugihwaras

Sanitasi yang baik sangat penting di Bojonegoro, mengingat jumlah pesantren dan santri yang besar. Sanitasi yang memadai dapat mencegah penyakit menular, melindungi ekosistem air lokal, dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Selain itu, kondisi sanitasi yang layak di pesantren mendukung kualitas pendidikan dan kesejahteraan santri serta membantu Bojonegoro memenuhi standar kesehatan dan mencegah krisis kesehatan dimasa depan.

Hasil riset menunjukkan bahwa hanya 11 dari 177 pondok pesantren yang mengelola limbah air, dan hanya 57 pondok pesantren yang melakukan pengelolaan sumber air. Berbagai faktor lainnya, seperti fasilitas kesehatan, fasilitas fisik sanitasi, dan perilaku juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, riset pemetaan sanitasi pesantren di Bojonegoro harus dijadikan saran atau acuan kebijakan pemerintah.

Baca juga:  Semarak, Penyelenggaraan Serah Terima Program Patra Daya Bojonegoro

Data dan bukti konkret dari riset ini dapat meningkatkan kesehatan santri, menetapkan standar sanitasi yang efektif, serta merancang program yang tepat sasaran. Riset ini juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), meningkatkan kualitas pendidikan, serta kesadaran dan partisipasi dalam menjaga fasilitas sanitasi, sekaligus mengurangi beban ekonomi dan sosial terkait masalah sanitasi.(jar)