Penting, Kontribusi Multipihak untuk Perbaikan Pelayanan

Penyampaian hasil riset pelayanan publik di Puskesmas Pungpungan dan Gayam oleh Ainun Naim.

 

BOJONEGORO – Divisi Advokasi dan Lingkungan Hidup, IDFoS Indonesia mengagendakan kegiatan reguler Diskusi Reboan, dengan mengusung tema “Memastikan Peran Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Bojonegoro”.

Diskusi ini dilatarbelakangi dasar pemikiran bahwa sebuah pelayanan publik membutuhkan kontribusi dari berbagai instisusi. Setiap penyelenggara pelayanan harapannya memberikan pelayanan yang baik kepada pengguna layanan. Dan bagaimana upaya-upaya pemberi layanan, sehingga ada  umpan balik dari penerima layanan.

Hadir sebagai keynote speaker dalam diskusi dari Dinas Kesehatan Bojonegoro, M. Isnaini; Perwakilan Komisi C Bojonegoro, Sally Aryasasmi; Kemudian dari Organisasi Tata Laksana (ORTALA), Rida. Diskusi Reboan diikuti oleh kurang lebih 25 peserta.

Baca juga:  Penyusunan Kuisioner Berdasarkan Sumber Penghidupan

Juga dari Bappeda, RSUD Bojonegoro, Puskesmas, perguruan tinggi di Bojonegoro, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), dan Fatayat. Diskusi yang dimoderatori oleh Sunariyo tersebut dimulai pukul 10.00 WIB dan digelar di cafe Adelia Bojonegoro.

Usai acara dibuka oleh moderator, dilanjutkan dengan arahan dari Direktur IDFoS Indonesia, Joko Hadi P. Joko menyampaikan bahwa pada diskusi kali ini konsisten di isu-isu kebijakan publik terutama yang menyangkut hidup masyarakat yaitu pelayanan publik. “Karena semua orang pasti pernahlah berhubungan dengan instansi-instansi meski hanya mengantar,” imbuhnya.

Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian hasil riset pelayanan publik di Puskesmas Pungpungan dan Gayam oleh Ainun Naim, selaku Koordinator Divisi Advokasi dan Lingkungan Hidup.

Baca juga:  IDFoS Jadi Pilot Project LSM Akuntabel di Bojonegoro

Menurut Na’im, IDFoS melakukan riset di PKM Pungpungan dan Gayam untuk wilayah Bojonegoro, dan di Tuban di PKM Soko, Ponco, Jenu, dan Kebonsari. Melihat dari realita sosial, banyak pasien kadang-kadang menunggu lama sebab petugas belum datang, adanya petugas yang tidak ramah dan fasilitas yang kurang baik.

Dalam paparannya, ada delapan dimensi yang diteliti yaitu waktu, sikap, ketersediaan SDM, sarana dan prasarana (sarpras), biaya, kebersihan, tata letak, keamanan dan kenyamanan.

Metodologi yang gunakan dalam penelitian ini adalah mix method, yaitu metode survey ke masyarakat, indept interview (wawancara mendalam), dan observasi atau pengamatan langsung.

”Kendala pemberi layanan yang kami dapatkan adalah keterbatasan sumber daya, dan petugas juga manusia yang butuh istirahat, punya emosi. Harapan dari masyarakat, bagaimana supaya pelayanan masyarakat itu didapat secara memuaskan,” tuturnya.

Baca juga:  Briefing Surveyor Monev Program Mama Asih

Usai dilakukan pemaparan hasil riset, dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh keynote speaker pertama dari Dinkes Bojonegoro. Kemudian keynote speaker kedua dari Komisi C Bojonegoroi, dan terakhir dari Organisasi Tata Laksana (ORTALA).

Diskusi ini bertujuan mendorong masyarakat agar terlibat dalam peningkatan kualitas pelayanan dan menyepakati bersama untuk memperbaiki tata kelola pelayanan kesehatan yang baik dan bersih di Bojonegoro.

Hasil dari diskusi adalah terbentuknya Forum Tingkat Kabupaten. Forum ini adalah forum yang peduli tentang kesehatan di tingkat Kabupaten Bojonegoro untuk memperbaiki tata kelola pelayanan kesehatan agar lebih baik dan bersih. (ika/yok)